Hubungi kami

Artikel Terbaru

Tips Kulit Lembap dan Tidak Kering Tetap Cerah di Musim Angin

Musim angin telah tiba. Suhu udara yang lebih dingin dan kelembapan yang rendah sering kali membuat kulit terasa kering, kasar, bahkan mengelupas. Bagi banyak orang, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kesehatan dan kelembapan kulit. Tidak sedikit yang mengalami perubahan tekstur kulit, tampilan kulit kusam, hingga rasa tidak nyaman saat disentuh.

Saat musim seperti ini, kulit memerlukan perawatan ekstra dengan produk yang bukan hanya melembapkan, tapi juga membantu menjaga kecerahan dan kelembutan alami kulit. Salah satu solusi perawatan kulit yang bisa diandalkan untuk menghadapi musim angin adalah  KALLOSA Olive Body Lotion.

KALLOSA Olive Body Lotion, Pelembap dengan Sentuhan Alam Mediterania

KALLOSA Olive Body Lotion diformulasikan secara khusus dengan kandungan utama ekstrak zaitun yang dikenal luas di wilayah Mediterania sebagai bahan alami yang kaya manfaat. Kandungan olive oil atau minyak zaitun ini kaya akan antioksidan, vitamin E, dan nutrisi penting yang membantu menjaga kelembapan kulit secara alami, sekaligus membantu mencerahkan dan menyejukkan permukaan kulit yang kering.

Tidak hanya itu, tekstur KALLOSA Olive Body Lotion yang ringan dan mudah menyerap membuatnya nyaman digunakan sehari-hari. Tidak meninggalkan rasa lengket di kulit, namun tetap memberikan perlindungan maksimal terhadap udara kering yang menjadi ciri khas musim angin.

Manfaat KALLOSA Olive Body Lotion

  • Melembapkan Secara Intensif:
    Kandungan olive oil membantu menutrisi kulit dari dalam dan menjaga kelembapan alami kulit lebih lama.

  • Mencerahkan dan Meratakan Warna Kulit:
    Penggunaan rutin membantu kulit tampak lebih cerah, halus, dan bercahaya.

  • Tekstur Ringan dan Tidak Lengket:
    Sangat nyaman digunakan setiap hari, bahkan untuk kulit sensitif sekalipun.

  • Aroma Menyegarkan:
    Memberikan sensasi relaksasi saat digunakan, cocok untuk digunakan setelah mandi maupun sebelum tidur.

Tips Merawat Kulit di Musim Angin

Agar hasil maksimal, perawatan kulit perlu didukung oleh kebiasaan harian yang baik. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan selama musim angin:

  1. Gunakan Pelembap Segera Setelah Mandi
    Saat pori-pori terbuka setelah mandi, kulit lebih mudah menyerap produk. Aplikasikan KALLOSA Olive Body Lotion saat kulit masih sedikit lembap untuk hasil optimal.

  2. Batasi Mandi Air Panas
    Mandi dengan air yang terlalu panas bisa merusak lapisan pelindung alami kulit dan memperparah kekeringan. Pilih air hangat suam-suam kuku dan batasi durasi mandi.

  3. Cukupi Asupan Air
    Kulit yang sehat juga berasal dari dalam. Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan minum cukup air setiap hari.

  4. Gunakan Pakaian Pelindung
    Angin kencang dapat mempercepat penguapan air dari permukaan kulit. Gunakan pakaian tertutup saat berada di luar ruangan.

  5. Hindari Sabun dengan Kandungan Keras
    Gunakan sabun dengan formula lembut dan mengandung pelembap agar kulit tidak kehilangan minyak alaminya.

Jaga Kelembapan dan Kecantikan Alami Kulitmu dengan KALLOSA

Dengan perawatan yang tepat dan produk yang terpercaya, kamu bisa tetap tampil percaya diri dan nyaman sepanjang musim angin. Gunakan KALLOSA Olive Body Lotion secara rutin untuk mendapatkan kulit yang lembap, lembut, dan cerah alami.

KALLOSA hadir bukan hanya sebagai pelembap, tapi sebagai sahabat terbaik kulitmu dalam menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem. Saat kulit mendapatkan nutrisi terbaiknya, kamu pun bisa beraktivitas dengan nyaman tanpa rasa kering, kasar, atau kusam.

Saatnya rawat kulitmu dengan kelembutan alami dari KALLOSA Olive Body Lotion.
Kulit sehat bukan hanya soal penampilan, tapi juga tentang rasa nyaman yang kamu rasakan setiap hari.

Perkuat Surveillance Tuberkulosis (TBC) WHO dan Kemenkes Lakukan TB Epidemiological Review 2025

Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Untuk mempercepat eliminasi TBC, Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan TB Epidemiological Review 2025 sebagai bagian dari penguatan sistem surveilans nasional.

Mengapa Perlu Epidemiological Review?

Epidemiological Review adalah evaluasi menyeluruh terhadap data dan sistem pelaporan TBC untuk:

  • Mengetahui beban penyakit secara aktual

  • Menilai efektivitas program deteksi dan pengobatan

  • Menemukan celah dalam sistem pencatatan dan pelaporan

  • Mengintegrasikan data TBC dengan sistem nasional seperti SatuSehat

Langkah ini penting mengingat Indonesia menempati posisi ke-3 tertinggi di dunia untuk kasus TBC, setelah India dan China.

Capaian dan Tantangan

Dalam TB Review 2025 ini, dilaporkan bahwa:

  • Underreporting (kasus yang tidak tercatat) turun drastis dari 41% pada 2017 menjadi 16% pada 2023.

  • Underdiagnosis (kasus tidak terdeteksi) juga menurun dari 18% menjadi 14%.

Ini menunjukkan perbaikan sistem pelaporan dan peningkatan deteksi dini. Namun, masih banyak tantangan, seperti:

  • Akses layanan di wilayah terpencil

  • Stigma masyarakat terhadap penderita TBC

  • Kurangnya tenaga kesehatan terlatih di bidang TBC

  • Ketergantungan pada sistem manual di beberapa daerah

Integrasi dengan SatuSehat

Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah integrasi SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) ke dalam platform SatuSehat. Ini bertujuan agar data TBC bisa dikelola secara real-time dan lintas fasilitas, mempercepat pengambilan keputusan dalam program pengendalian penyakit menular.

Dukungan Internasional dan Komitmen Pemerintah

WHO menilai Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam pemberantasan TBC, khususnya melalui:

  • Penyediaan layanan TBC gratis

  • Distribusi pengobatan sesuai standar WHO

  • Kampanye publik untuk mengurangi stigma

  • Pelibatan lintas sektor: pendidikan, sosial, dan desa

Kementerian Kesehatan menargetkan Indonesia bebas TBC pada 2030, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

TB Epidemiological Review 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat sistem kesehatan Indonesia dalam penanggulangan TBC. Dengan pelibatan WHO, pembaruan data, serta integrasi teknologi, diharapkan eliminasi TBC bukan sekadar target melainkan kenyataan yang bisa tercapai dalam satu dekade ke depan.